Sabtu, 03 Desember 2016

Macam, Contoh dan Pengertian Teori Interaksi

Macam, Contoh dan Pengertian Teori Interaksi - Kaitan Teori Interaksi dan Perencanaan Pembangunan Wilayah. Pada pembahasan mengenai interaksi desa-kota telah dipelajari bahwa interaksi keruangan merupakan suatu hubungan timbal balik (resiprocal relationship) yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan, atau
permasalahan baru. Kuat-lemahnya interaksi sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional complementary), adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity), serta adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability).
Para ahli banyak yang mengembangkan teori interaksi spasial, seperti K.J. Kansky dan W.J. Reilly. Aplikasi teori-teori interaksi dapat diterapkan dalam perencanaan pembangunan. Misalnya, penempatan lokasi pusat pelayanan masyarakat, pembangunan prasarana transportasi yang dapat membuka keterasingan suatu wilayah dari wilayah lain, dan kemajuan informasi serta teknologi.
Beberapa contoh teori interaksi keruangan antara lain Model Gravitasi, Teori Titik Henti, dan Teori Grafik.
1. Model Gravitasi
Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika oleh Sir Issac Newton (1687). Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah benda yang memiliki massa tertentu akan memiliki gaya tarik menarik antara keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda tersebut. Secara matematis, model gravitasi Newton ini dapat diformulasikan sebagai berikut.
Macam, Contoh dan Pengertian Teori Interaksi
Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929), seorang ahli geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur dengan memerhatikan factor jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut. Untuk mengukur kekuatan interaksi antarwilayah digunakan formulasi sebagai berikut.
Macam, Contoh dan Pengertian Teori Interaksi gravitasi
Contoh soal:
Misalnya ada 3 buah wilayah A, B, dan C, dengan data sebagai berikut.
(1) Jumlah penduduk wilayah A = 20.000 jiwa, B = 20.000 jiwa, dan C = 30.000 jiwa.
(2) Jarak antara A ke B = 50 km, dan B ke C = 100 km.
Teori Interaksi gravitasi

Perhitungan Teori Interaksi gravitasi
(3) Perbandingan kekuatan interaksi wilayah A dan B dengan wilayah B dan C adalah 160.000 : 60.000 atau 8 : 3. Berdasarkan perbandingan tersebut, potensi penduduk untuk mengadakan interaksi terjadi lebih kuat antara wilayah A dan B jika dibandingkan antara wilayah B dan C.
gambar Teori Interaksi gravitasi
Perbandingan potensi interaksi antarwilayah dengan me manfaatkan formula yang dikemukakan Reilly ini dapat diterapkan jika kondisi wilayah-wilayah yang dibandingkan memenuhi persyaratan tertentu.
Adapun persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Kondisi sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, mata pencarian, mobilitas, dan kondisi sosial-budaya penduduk setiap wilayah yang dibandingkan relatif memiliki kesamaan.
b) Kondisi alam setiap wilayah relatif sama, terutama berkaitan dengan kondisi topografinya.
c) Keadaan sarana dan prasarana transportasi yang meng hubung kan wilayah-wilayah yang dibandingkan relatif sama.
Ketiga persyaratan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa secara teoretis potensi wilayah A untuk berinteraksi dengan wilayah B cenderung jauh lebih besar dibandingkan antara wilayah B dan C. Namun, jika kondisi prasarana transportasi yang menghubung kan wilayah B dan C jauh lebih baik jika dibandingkan antara A dan B, tetap saja potensi interaksi antara B dan C akan jauh lebih besar. Demikian pula halnya dengan persyaratan lainnya, yaitu kondisi kependudukan dan topografi dari suatu wilayah.
2. Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) me rupakan hasil modifikasi dari Model Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan penempatan lokasi industry atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.
Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat perdagangan (atau pelayanan sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan. Namun, berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi jumlah penduduk kota yang lebih sedikit penduduknya. Formulasi Teori Titik Henti adalah sebagai berikut.
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)
Contoh soal:
Kota A memiliki jumlah penduduk 20.000 jiwa, sedangkan kota B 30.000 jiwa. Jarak antara kedua kota tersebut adalah 100 kilometer. Di manakah lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis agar terjangkau oleh penduduk setiap kota tersebut?
Teori Titik Henti
Berkaitan dengan perencanaan pembangunan wilayah, Model Gravitasi dan Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan faktor lokasi. Model Gravitasi dan Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan untuk merencanakan pusat-pusat pelayanan masyarakat, seperti pusat perdagangan (pasar, super market, bank), kantor pemerintahan, sarana pendidikan dan kesehatan, lokasi industri, ataupun fasilitas pelayanan jasa masyarakat lainnya.
Teori Titik Henti 1
3. Teori Grafik
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi antarwilayah adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya. Jumlah dan kualitas prasarana jalan, baik jalan raya, jalur udara, maupun laut, tentunya sangat memperlancar laju dan pergerakan distribusi manusia, barang, dan jasa antarwilayah. Anda tentu sependapat bahwa antara satu wilayah dan wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas jaringan yang menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah satu indikasi kuatnya arus interaksi.
Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan tentunya memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dua wilayah yang memiliki jalur transportasi yang lebih banyak.
Teori Grafik
Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky mengembangkan Teori Grafik dengan membandingkan jumlah kota atau daerah yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana penghubung kota-kota tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan Indeks Konektivitas. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota atau wilayah yang sedang dikaji. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa karena prasarana jalan sangat memperlancar tingkat mobilitas antarwilayah. Untuk menghitung indeks konektivitas ini digunakan rumus sebagai berikut.
gambar Teori Grafik

perhitungan gambar Teori Grafik
Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas transportasi lainnya. Dengan analisis indeks konektivitas dapat meningkat kan hubungan suatu wilayah dengan wilayah-wilayah lainnya, serta memperlancar arus pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kamis, 24 November 2016

Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Ekoefisiensi


Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Ekoefisiensi - Pada awalnya, proses energi yang terdapat di alam berjalan seimbang karena alam berperan sebagai penyeimbang. Apabila ada populasi tertentu yang berkembang sangat cepat, populasi tersebut akan terkena wabah dan kembali pada kondisi semula.
Setiap proses energi tidak ada yang sempurna sehingga selalu menghasilkan entropi (limbah). Oleh karena itu, setiap ada peningkatan kegiatan industry maka akan terjadi peningkatan limbah yang dikeluarkan dan dilepas ke alam. Hal tersebut memunculkan pandangan tentang pemanfaatan SDA berdasarkan prinsip ekoefisiensi.
Hal yang paling pokok dalam pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi adalah sebagai berikut.
1. Menghemat sumber daya alam yang digunakan.
2. Menggunakan semua sumber daya alam yang dihasilkan dalam proses energi (industri).
3. Proses penambangan sumber daya alam tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
4. Sumber daya alam yang ditambang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
5. Proses penggunaan sumber daya alam tidak menimbulkan entropi atau limbah.
Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Ekoefisiensi
1. Penggunaan Air Bersih
Air yang dikelola oleh perusahaan air minum diambil dari sebagian mata air tanpa mengurangi fungsi mata air untuk mengairi sungai. Saluran air yang digunakan betul-betul saluran yang tidak mencemari air dan tidak menimbulkan kebocoran. Kelebihan air ditampung sebagai cadangan untuk kebutuhan di musim kemarau untuk perluasan layanan. Saluran air yang digunakan untuk mendistribusi ke pelanggan menggunakan saluran yang bersih dan tidak mudah bocor. 
Penggunaan air pada konsumen betul-betul disesuaikan dengan kebutuhan. Air limbah rumah tangga disalurkan ke tempat pembuangan (petak-petak penampungan air) yang telah disedia kan. Kemudian air tersebut kotorannya diendapkan dan airnya dapat digunakan untuk pengairan taman atau tanaman. Sebagian hasil retribusi air bersih digunakan untuk reboisasi di daerah sekitar mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih.
2. Industri Kertas
Bahan baku yang digunakan berasal dari hutan produksi tebang pilih secara selektif sehingga kayu yang diambil betul-betul akan diguna kan. Dalam proses penebangan kayu tidak merusak tanaman dan satwa lainnya sehingga hutan produksi masih terus berproduksi secara lestari. Mesin pengolahan yang digunakan adalah mesin yang hemat bahan baku dan bahan bakar sehingga limbah yang dihasilkan tidak terlalu banyak dan tidak menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan. Debu dan gas buangan dalam proses industri disaring melalui filter atau disertai dengan penanaman pepohonan sehingga polutan dapat diserap oleh beraneka ragam pepohonan. Pepohonan yang ditanam adalah bukan tanaman buah-buahan melainkan tanaman yang diusahakan kayunya agar tidak mencemari manusia.
Air yang digunakan dalam proses industri tidak mengurangi kebutuhan air masyarakat sekitar, misalnya diambil dari sungai. Air buangannya kemudian ditampung dan diolah kembali sehingga air yang dibuang ke sungai kualitasnya sama dengan air sebelumnya yang digunakan. Limbah bubur kayu (pulp) dan debu kertas ditampung untuk kemudian digunakan sebagai bio gas dan pupuk pertanian.
Berdasarkan contoh di atas, pemanfaatan sumber daya alam berdasarkan prinsip ekoefisiensi berdampak pada penghematan sumber daya dengan hasil yang setinggi-tingginya, tidak mencemari lingkungan, dan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut dapat memberikan mutu kehidupan yang jauh lebih layak dan proses energi yang berlangsung di alam mencapai keseimbangan.

Selasa, 22 November 2016

Proyeksi Peta


Proyeksi Peta - Bumi yang menyerupai sebuah bola ternyata memperlihatkan bentuk permukaan yang tidak rata dan beraturan. Ada bagian muka Bumi yang merupakan dataran, bagian yang tinggi seperti punggungan, perbukitan, kubah, dan pegunungan, serta bagian yang yang rendah, seperti lembah, cekungan (depresi), palung, dan sebagainya.
Bentuk muka Bumi yang tidak beraturan mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam perhitungan hasil pengukuran langsung di lapangan untuk digambarkan pada bidang datar sebagai sebuah peta. Untuk itu, kita memerlukan bidang lain yang teratur yang mendekati bentuk muka Bumi yang sebenarnya. Bidang tersebut dinamakan Elipsoida. Bidang ellipsoida dengan skala, jarak, dan luas tertentu dianggap sebagai bentuk matematis dari muka Bumi dan dijadikan dasar dalam proyeksi peta.
Proyeksi peta adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di bumi dan di peta. Di dalam sebuah bangunan suatu proyeksi peta, Bumi biasanya digambarkan sebagai bola (jari-jarinya R = 6.370,283 km), volume elipsoida sama dengan volume bola.
Proyeksi Peta
Menurut Arthur H. Robbinson (1963) esensi proyeksi peta adalah penyajian bidang lengkung ke bidang datar atau bidang konvensional. Pada kenyataannya, penggambaran bidang lengkung (globe atau bola bumi) tidak dapat dibentangkan begitu saja menjadi bidang datar tanpa mengalami perubahan dan penyimpangan (distorsi). Untuk mengurangi tingkat distorsi itulah, diperlukan proyeksi peta.
Beberapa ketentuan umum dalam proyeksi peta, antara lain sebagai berikut:
a. bentuk yang diubah harus tetap;
b. luas permukaan yang diubah harus tetap;
c. jarak antara satu titik dengan titik lainnya di atas permukaan yang diubah harus tetap; dan
d. sebuah peta yang diubah tidak mengalami penyimpangan arah.
Untuk dapat memenuhi keempat persyaratan dalam mengubah bidang lengkung menjadi sebuah bidang datar tersebut merupakan hal yang tidak mungkin. Apabila dipenuhi salah satu persyaratan, persyaratan lainnya pasti terabaikan. Akibatnya, timbullah berbagai macam jenis proyeksi peta yang dikembangkan oleh para kartograf, dasar pertimbangan, seperti Proyeksi Azimuth, Kerucut, Silinder, Goode Homolosin, Homolografis, dan sebagainya.
Secara umum metode proyeksi peta dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Proyeksi Langsung (Direct Projection), yaitu metode transformasi atau penggambaran obyek geografis secara langsung dari bidang elipsoida bidang proyeksi, seperti kertas (bidang datar), silinder, atau kerucut.
b. Proyeksi Double merupakan transformasi atau penggambaran obyek geografis secara bertingkat, dari bidang elipsoida bidang bola kemudian bidang bola ke bidang proyeksi.
Adapun pemilihan jenis proyeksi yang digunakan sangat bergantung pada dua hal berikut ini.
a. Bentuk, letak, dan luas daerah yang dipetakan.
b. Ciri-ciri tertentu atau ciri-ciri asli yang akan dipertahankan.
Proyeksi Peta 1
Sebagaimana telah dikemukakan banyak sekali jenis proyeksi peta karena berbagai dasar pertimbangan. Beberapa dasar pertimbangan dalam sistem klasifikasi proyeksi peta dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Pertimbangan Ekstrinsik
Berdasarkan pertimbangan ekstrinsik, proyeksi dibedakan atas tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Bidang Proyeksi
Berdasarkan proyeksi yang digunakan dapat dibedakan ke dalam tiga jenis proyeksi, yaitu sebagai berikut.
a) Sistem proyeksi azimuthal (zenithal projection) yang menggunakan bidang datar atau sehelai kertas sebagai bidang proyeksi.
b) Sistem proyeksi kerucut (conical projection).
c) Sistem proyeksi silinder (mercator projection).

Proyeksi Peta 2
2) Persinggungan
Berdasarkan persinggungannya, proyeksi peta dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Tangen, yaitu apabila bola bumi bersinggungan dengan bidang proyeksi.
b) Secan, yaitu apabila bola bumi berpotongan dengan bidang proyeksi.
c) Polysuperficial, yang terdiri atas banyak bidang proyeksi.
Proyeksi Peta 3
3) Posisi Sumbu Simetri terhadap Bidang Proyeksi
Ditinjau dari posisi sumbu simetri terhadap bidang proyeksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a) Proyeksi normal (Ortho Projection) yaitu jenis proyeksi peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi.
b) Proyeksi miring (Oblique Projection), yaitu jenis proyeksi peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut (miring) dengan sumbu bumi.
c) Proyeksi transversal (Tranversal Projection), yaitu jenis proyeksi peta di mana sumbu simetri bidang proyeksi dalam posisi tegak lurus sumbu Bumi atau terletak pada bidang ekuator.
Proyeksi Peta 4
b. Pertimbangan Intrinsik
Berdasarkan pertimbangan intrinsik, proyeksi dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Sifat-Sifat Asli
Dilihat dari sifat-sifat asli yang dipertahankan, sistem proyeksi peta dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Proyeksi Ekuivalen. Dalam hal ini, luas daerah dipertahankan sama, artinya luas di atas peta sama dengan luas di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
b) Proyeksi Konform. Dalam hal ini, sudut-sudut dipertahankan sama.
c) Proyeksi Ekuidistan. Dalam hal ini, jarak dipertahankan sama, artinya jarak di atas sama dengan jarak di atas muka bumi setelah dikalikan skala.
2) Generasi
Ditinjau dari generasinya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
a) Geometris, terdiri atas proyeksi perspektif atau proyeksi sentral.
b) Matematis, dalam arti tidak dilakukan proyeksi, semuanya diperoleh dengan perhitungan matematis.
c) Semi geometris, sebagian peta diproyeksikan secara geometris dan sebagian titik-titik diperoleh dengan perhitungan matematis.

Kamis, 03 November 2016

Cara Mudah Membaca Peta

Cara Mudah Membaca Peta - Anda pasti sepakat bahwa peta itu akan memiliki makna jika dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Persyaratan utamanya adalah harus memiliki kemampuan untuk membaca peta.
Dalam membaca peta, Anda harus memahami dengan baik semua simbol atau informasi pada peta. Jika Anda dapat membaca peta dengan baik akan memiliki gambaran lengkap mengenai keadaan wilayah pada peta. Meskipun mungkin belum pernah melihat atau mengenal wilayah tersebut secara langsung.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam membaca peta, antara lain sebagai berikut.
1) Isi peta dan tempat yang digambarkan.
2) Posisi lokasi daerah yang digambar akan diketahui melalui koordinat garis lintang dan garis bujur.
3) Arah dapat diketahui melalui tanda orientasi.
4) Jarak dan luas sebenarnya diketahui melalui skala peta.
5) Ketinggian tempat diketahui melalui titik triangulasi atau ketinggian dan melalui garis kontur.
6) Kemiringan lereng diketahui melalui interval kontur.
7) Sumber daya alam dan sumber daya budaya diketahui melalui legenda.
8) Fenomena alam dan budaya, misalnya relief, pegunungan atau gunung, lembah atau sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota, dan perumahan diketahui melalui simbol dan keterangan peta.
Fenomena alam atau budaya yang telah Anda amati, selanjutnya harus dapat ditafsirkan dan asosiasikan keterkaitannya. Misalnya, sebagai berikut.
1) Peta yang banyak menampilkan pegunungan atau perbukitan akan dicirikan dengan ketampakan garis kontur yang rapat sampai sangat rapat. Ketampakan garis kontur yang rapat menunjukkan kemiringan lereng yang terjal–sangat curam (>45°). Selain itu, lembah-lembah di lereng-lereng biasanya dalam yang diakibatkan pengikisan air hujan dan sangat mudah ditemukan sumber air di lembahnya. Pada umumnya fenomena pegunungan atau perbukitan ditumbuhi oleh kategori hutan rapat sehingga sangat memungkinkan untuk terjadinya air larian di bagian lembahnya.
Cara Membaca Peta
2) Permukiman dengan pola menyebar dapat ditunjukkan oleh ketam pakan garis kontur yang jarang. Apakah Anda mendapatkan manfaat dari hasil membaca sebuah peta? Begitu banyak manfaat yang dapat Anda peroleh dengan membaca peta, antara lain sebagai berikut.
1) Mengetahui jarak lurus antara dua buah tempat di permukaan Bumi hanya dengan menggunakan penggaris, kemudian hasilnya dikalikan dengan penyebut skala peta.
2) Pengetahuan kondisi alami suatu wilayah tanpa Anda mengunjungi tempat yang bersangkutan. Misalnya, masyarakat pedalaman yang tinggal di hutan Kalimantan rata-rata terisolasi dari daerah lainnya. Interprestasinya, yaitu daerah tersebut berada di wilayah pegunungan sehingga menyusahkan pemantauannya melalui sarana transportasi.
3) Menginterpretasi bentuk suatu wilayah dengan menggunakan bantuan garis kontur.
4) Penyebaran lokasi pemukiman dapat dicirikan dari ketampakan fisik pada peta. Dari hasil ketampakan itulah, Anda dapat menginterpretasi keadaan lahannya.
Bagaimana, mudah bukan? Anda dapat melakukannya sendirisendiri. Contoh aplikasi tersebut hanya terdiri atas beberapa subjek saja dengan analisis singkat tersebut tentunya. Anda hanya harus terus berlatih untuk mempelajarinya.

Minggu, 30 Oktober 2016

Komponen atau Kelengkapan Peta

Komponen atau Kelengkapan Peta - Pada uraian awal telah dikemukakan bahwa peta itu harus informatif, artinya mudah dibaca dan atau dikenali para pengguna karena pada dasarnya peta merupakan alat yang menyederhanakan bentuk dan potensi yang sebenarnya. Oleh karena itu, peta yang baik harus dilengkapi dengan komponen-komponen peta agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan. Beberapa komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta, antara lain sebagai berikut.
a. Judul Peta
Di manakah judul peta harus diletakkan? Judul peta memuat isi peta. Judul peta harus ringkas, padat, dan informatif sebab judul peta dapat menggambarkan kepada pembaca mengenai daerah dan fenomena yang digambarkan dalam peta tersebut.
Contoh
1) Peta Penyebaran SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung Tahun 2005.
2) Peta Pola Penggunaan Tanah Kabupaten Bandung, Tahun 2006.
3) Peta Persebaran Hutan Produksi di Kalimantan.
4) Peta Persebaran Gunungapi di Indonesia.
5) Peta Kawasan Asia Tenggara.
Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Judul peta hendaknya memuat atau mencerminkan keterangan yang relevan dengan isi peta. Pada umumnya, judul peta diletakkan di bagian tengah atas. Namun, judul peta dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, yang penting penempatannya proporsional dan tidak mengganggu informasi dalam peta.
Komponen atau Kelengkapan Peta
b. Skala Peta
Semua peta pada dasarnya merupakan hasil pengecilan dari wilayah permukaan bumi yang dilukiskan dalam bidang datar. Dengan kata lain, tidak pernah ada peta yang merupakan hasil pembesaran bentuk muka Bumi yang sebenarnya. Proses pengecilan obyek geografis tersebut, tentunya meng hasilkan perbandingan antara kenyataan bentuk yang ada di muka bumi degan gambar yang dihasilkan. Angka perbandingan tersebut dikenal dengan istilah skala.
Skala merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah peta. Melalui pengamatan skala, kita dapat membayangkan luas wilayah ataupun jarak antara dua tempat atau yang lebih sesungguh nya di muka bumi. Pada dasarnya, skala adalah perbandingan jarak lurus antara dua titik sembarang atau luas wilayah di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan atau di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama.
Skala umumnya dinyatakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
1) Skala Pecahan (Numerik), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk angka perbandingan atau pecahan.
Contoh
a) Skala peta 1 : 50.000, skala pecahan ini bisa diinterpretasikan dengan 1 cm pada peta sama dengan 50.000 cm di lapangan atau 1 cm mewakili 0,5 km.
b) Skala peta 1 : 10.000 bisa diterjemahkan satu cm mewakili 1 km. Untuk memudahkan dalam perhitungan jarak dan skala pada peta, dipergunakan persamaan berikut.
Komponen Peta

2) Skala Garis (Grafis), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk sebuah ruas garis bilangan atau batang pengukur.
Contoh
Kelengkapan Peta
Artinya, jarak 1 sentimeter pada peta sebanding dengan 5 kilometer kenyataan sesungguhnya di muka bumi.
3) Skala Kata (Verbal), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat lengkap.
Contoh
a) 1 sentimeter pada peta berbanding dengan 500 meter di muka bumi.
b) 1 inchi pada peta mewakili 10 mil di permukaan bumi.
Apabila kita ingin menyajikan data yang lebih rinci, gunakanlah peta yang memiliki skala besar misalnya 1:5.000. Perhatikan, sebuah skala peta disebut skala besar jika bilangan penyebutnya kecil. Sebaliknya, apabila ingin mengetahui asosiasi ketampakan secara keseluruhan, gunakan peta yang memiliki skala kecil, misalnya skala 1:1.000.000. Skala peta disebut kecil, ketika bilangan penyebutnya besar. Semakin mendekati angka 1, berarti skala petanya semakin besar.
Contoh
Skala 1:50.000 artinya 1 bagian di peta sama dengan 50.000 jarak yang sebenarnya di lapangan. Apabila digunakan ukuran satuan cm, berarti 1 cm jarak di peta sama dengan 50.000 cm atau 1 cm di peta sama dengan jarak 0,5 km di lapangan.
Skala Peta
c. Legenda atau Keterangan
Pada dasarnya Peta merupakan penyederhanaan dari bentuk yang sebenarnya. Oleh karena merupakan penyederhanaan, sudah pasti peng gambaran fenomena permukaan bumi memerlukan simbol-simbol. Bahkan ada juga pihak yang menyatakan bahwa peta itu merupakan bahasa simbolik. Agar simbol-simbol tersebut lebih teratur, pemuatannya harus dikonsentrasikan pada tempat khusus, yaitu dalam kotak legenda.
Legenda pada peta harus menerangkan arti dari simbolsimbol yang terdapat pada peta. Legenda harus menjadi alat untuk mempermudah dan membantu pemahaman para pembaca terhadap isi peta. Pada umumnya, legenda diletakkan di pojok kiri bawah peta. Namun, dapat juga diletakkan pada bagian lain, sepanjang tidak mengganggu ketampakan peta secara keseluruhan, dan kemenarikan peta itu sendiri.
d. Tanda Orientasi
Tanda orientasi sering pula dinamakan diagram petunjuk arah. Kelengkapan peta ini sangat penting artinya bagi para pembaca atau pengguna peta, terutama untuk menunjukkan posisi dan arah suatu titik maupun wilayah. Pada peta-peta umum yang Anda lihat seperti peta dinding maupun atlas, diagram penunjuk arah biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke arah utara peta. Namun, ada pula yang digam bar kan secara lengkap, yaitu arah utara, selatan, barat, timur, atau menunjukkan arah yang lebih lengkap. Petunjuk ini dapat diletakkan di bagian mana saja dari peta, sepanjang tidak mengganggu ketampakan peta.
tanda orientasi
e. Diagram Deklinasi
Pada peta topografi, penunjukkan diagram arah utara biasanya terdiri atas tiga macam arah utara, yaitu sebagai beikut.
1) Utara peta atau utara grid (Grid North), yaitu arah utara dari peta topografi tersebut yang arahnya sejajar dengan garis-garis vertikal grid.
2) Utara magnetik (Magnetic North), yaitu arah utara yang menunjuk ke titik kutub utara magnet bumi.
3) Utara sesungguhnya (True North), yaitu arah utara yang menunjuk ke titik kutub utara bumi.
Diagram Deklinasi

Ada kalanya ketiga arah utara tersebut tidak berhimpit, tetapi membentuk sudut penyimpangan yang besarnya beberapa derajat atau menit. Penyimpangan arah utara peta dengan utara lainnya dikenal dengan istilah deklinasi.
f. Simbol dan Warna
Mengingat peta merupakan penyederhanaan bentuk yang sebenarnya, isi sebuah peta pasti sarat dengan simbol. Ada sebagian para ahli yang mengemukakan bahwa pada dasarnya peta merupakan suatu himpunan simbol-simbol yang fungsinya sebagai gambar pengganti dari gejala atau objek geografis yang ada di permukaan bumi.
Simbol
Selain penggunaan berbagai simbol yang menunjukkan setiap karakteristik bentuk permukaan bumi, digunakan pula simbol dan warna. Simbol ini ditandai dengan gradasi warna dari warna yang ketampakannya gelap sampai terang.
1) Simbol Peta
Pada bagian awal telah dibahas bersama, bahwa salah satu manfaat peta adalah sebagai media atau sarana informasi dan komunikasi antara si pembuat peta dan pembaca atau pengguna peta. Agar pesan yang disampaikan pembuat peta dapat diterima dengan mudah dan benar oleh para penggunanya, tentunya peta harus hendak nya mudah dimengerti, komunikatif, dan tidak membingungkan.
Pemuatan simbol pada peta dimaksudkan agar informasi yang disampai kan tidak membingungkan. Oleh karena itu, simbol-simbol dalam peta harus memenuhi berbagai persyaratan sehingga dapat menginfor masi kan hal-hal yang digambarkan dengan tepat. Beberapa syarat tersebut antara lain:
a) sederhana;
b) mudah dimengerti tidak membingungkan;
c) bersifat umum.
Berbagai jenis bentuk simbol banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti terdapat dalam berbagai jenis marka jalan, peta, atlas, maupun globe. Ada kalanya simbol yang menggambarkan ketampakan muka bumi yang sama, memiliki bentuk yang berbeda antara peta yang satu dengan lainnya. Dari berbagai macam jenis simbol tersebut, dapat dikelompokkan berdasarkan
bentuk, sifat, dan fungsinya.
a) Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, simbol peta dapat dibedakan menjadi enam kategori, yaitu sebagai berikut.
(1) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional, seperti simbol kota, gunung, pertambangan, titik trianggulasi (titik ketinggian), dan tempat dari permukaan laut.
(2) Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis yang bersifat kualitatif, seperti sungai, batas wilayah, dan jalan.
(3) Simbol wilayah (area), digunakan untuk menunjukkan ketampakan wilayah, seperti rawa, hutan, dan padang pasir.
simbol peta

4) Simbol aliran, untuk menyatakan alur dan gerak suatu fenomena.
5) Simbol batang, digunakan untuk menyatakan harga suatu fenomena dibandingkan dengan harga fenomena yang lain.
6) Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas dalam bentuk rasio dan persentase. Simbol bola, digunakan untuk menyatakan isi (volume), semakin besar bola menunjukkan volumenya semakin besar dan sebaliknya semakin kecil bola, berarti volumenya semakin kecil.
b) Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, simbol dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu sebagai berikut.
(1) Simbol Kualitatif
Simbol kualitatif digunakan untuk membedakan persebaran fenomena dan atau benda yang digambarkan, seperti untuk menggambarkan penyebaran jenis hutan, jenis tanah, penduduk, dan fasilitas pendidikan. Simbol kualitatif hanya membedakan penyebaran jenisnya tanpa ukuran yang tegas.
simbol peta 1
(2) Simbol Kuantitatif
Simbol kuantitatif digunakan untuk membedakan atau menyatakan jumlah. Pada simbol-simbol yang bersifat kuantitatif, biasanya terdapat gradasi, baik dalam bentuk arsiran maupun warna. Adanya gradasi arsiran dari rapat sampai renggang ataupun warna dari warna gelap sampai renggang, menggambarkan perubahan kuantitas atau interval nilai dari nilai yang tertinggi sampai terendah.
simbol kuantitatif
c) Berdasarkan Lokasi dan Fungsinya
Berdasarkan lokasinya, kita mengenal simbol-simbol di wilayah daratan, antara lain gunung, kota, dataran rendah, rel kereta api, dan jalan raya. Simbol perairan, misalnya danau, sungai, laut, dan rawa. Adapun contoh simbol berdasarkan fungsinya, antara lain symbol budaya, seperti candi, keraton, dan taman buatan manusia.
2) Warna
Pemakaian warna pada suatu peta tentu akan memberikan makna tersendiri bagi pembuat dan juga para penggunanya. Tidak ada peraturan yang baku mengenai penggunaan warna dalam peta. Jadi, penggunaan warna adalah bebas, sesuai dengan maksud atau tujuan si pembuat peta, dan kebiasaan umum. Meskipun bebas, tetap saja harus diperhatikan unsur-unsur kesesuaian dan kemenarikan.
Beberapa contoh penggunaan warna yang umum dalam peta, antara lain sebagai berikut.
a) Laut, danau, dan sungai digunakan warna biru.
b) Temperatur (suhu) digunakan warna merah atau cokelat.
c) Curah hujan digunakan warna biru atau hijau.
d) Daerah pegunungan tinggi atau dataran tinggi (2000–3000 meter) digunakan warna cokelat tua.
e) Dataran rendah (pantai) ketinggian 0–200 meter dari permukaan laut digunakan warna hijau.
Dilihat dari sifatnya, warna pada peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang bersifat kualitatif dan yang bersifat kuantitatif.
g. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta
Salah satu kelengkapan yang harus ada dan dapat menunjukkan baik tidaknya sebuah peta adalah pencantuman sumber dan tahun pembuatan peta. Sumber data yang akan digunakan dalam peta dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu survei langsung ke lapangan (data primer) atau menggunakan data-data yang telah ada sebelumnya (data sekunder).
Pencantuman sumber kutipan data yang dipakai dalam peta dapat menunjukkan:
1) pengakuan pembuat peta akan validitas data yang telah dihasilkan oleh si pembuat data atau pengumpul data;
2) legalisasi peta yang dihasilkan.
Di dalam pengambilan data yang akan digunakan untuk isi peta, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembuat peta, yaitu sebagai berikut.
1) Relevansi data terhadap peta yang akan dihasilkan.
2) Sumber data yang akurat.
3) Aktualisasi data terhadap peta.
Penggunaan sumber data yang cepat dan akurat bukan saja hasilnya akan baik, tetapi lebih dari itu memberi kepastian kepada penggunaan peta mengenai keabsahan data tersebut. Semakin lengkap, akurat, dan benar data yang tercantum dalam sebuah peta, berarti peta akan semakin banyak diakses oleh berbagai pihak dibanding dengan peta lainnya.
Selain sumber peta, titik perhatian juga terfokus pada tahun pembuatan peta. Dengan pencantuman tahun pembuatan peta, para pengguna peta dapat dengan mudah mengkaji berbagai kecenderungan perubahan fenomen dari waktu ke waktu.
Contoh instansi pemerintah di negara Indonesia yang memiliki kewenangan dalam membuat dan mempublikasikan peta, antara lain Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Direktorat Topografi Angkatan Darat, dan Laboratorium Kartografi Museum Geologi.
sumber dan tahun pembuatan peta

Selasa, 25 Oktober 2016

pengertian dan Ruang Lingkup Peta

pengertian dan Ruang Lingkup Peta - Peta, sebuah nama yang tidak asing di telinga kita, Anda pun pasti pernah mendengarnya. Akan tetapi, apakah Anda mengerti apa peta itu? Mengapa peta sangat penting untuk digunakan? Bagaimana cara pembuatannya? Peta adalah salah satu media atau alat bantu yang penting dalam studi geografi. Media penting lainnya yang biasa digunakan antara lain globe, foto udara, dan citra satelit.
Pengertian dan Ruang Lingkup Peta
Melalui media peta, seseorang dapat mengamati fenomena fisik dan sosial permukaan bumi secara lebih luas dari batas pandang manusia, meskipun orang tersebut belum pernah mengenalnya secara langsung atau berkunjung ke wilayah tersebut. Sebab, pada dasarnya peta merupakan gambaran sebagian atau seluruh muka bumi dengan semua gejala dan ketampakannya dalam bentuk yang lebih kecil sesuai dengan per bandingan skalanya.
Menurut Perhimpunan Kartografi Internasional (International Cartographic Association, 1976). Peta adalah suatu gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa. Pada umumnya, peta digambarkan pada suatu bidang datar dan kemudian diperkecil atau menggunakan skala. Berdasarkan batasan tersebut, kita memperoleh Pengertian bahwa pada dasarnya terdapat tiga hal penting yang berkaitan dengan peta, yaitu sebagai berikut.
a. Dipilih
Fenomena dan gejala yang terdapat di permukaan bumi sangat banyak jumlahnya, baik yang bersifat fisikal antara lain, seperti topografi, hidrografi (bentang perairan), struktur batuan pembentuk muka Bumi, maupun fenomena sosial, seperti per sebaran dan kepadatan penduduk, dan batas administrasi wilayah. Komponen-komponen tersebut sangat sulit atau bahkan tidak mungkin digambarkan pada sebuah peta. Hal ini karena, jika dipaksakan, peta akan padat isinya dan tidak komunikatif serta memberikan informasi yang akurat bagi pengguna. Oleh karena itu, pada pem buatan sebuah peta dipilih fenomena muka bumi yang dianggap penting dan berusaha untuk digambarkan sesuai dengan tema dan judul peta.
Pengertian Peta
b. Ditransformasikan dalam Bidang Datar
Bumi merupakan benda angkasa yang bentuknya hampir menyerupai bola air raksasa. Karena bentuknya ini, permukaan bumi hampir mirip dengan bidang lengkung (permukaan bola). Salah satu prinsip peta adalah mentransformasi bentuk muka bumi dalam bidang datar, yaitu pada sehelai kertas atau pada bidang yang dapat didatarkan, seperti silinder dan kerucut. Pada kenyataannya, sangatlah sulit menggambarkan bentuk muka Bumi ke dalam bidang datar atau yang dapat didatarkan tanpa adanya kesalahan (kesalahan bentuk, ukuran, maupun jarak). Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses transformasi peta ini dikenal dengan distorsi. Untuk mengurangi kesalahan atau penyimpangan dalam pembuatan sebuah peta, sangat diperlukan sistem proyeksi.
Ruang Lingkup Peta
c. Diperkecil
Permukaan Bumi merupakan wilayah yang sangat luas. Panjang keliling ekuatornya mencapai 40.000 kilometer. Jika kita ingin menggambarkan muka bumi yang luas ini pada sehelai kertas dengan ukuran yang sama, tentunya sangat sulit. Oleh karena itu, bentuk muka bumi yang tergambar dalam sebuah peta, ukurannya lebih kecil dibanding kan dengan ukuran sebenarnya.
Peta juga dapat diartikan sebagai penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antarberbagai perwujudan permukaan Bumi yang diwakilinya. Selain itu, peta juga mengandung arti komunikasi. Artinya, peta merupakan sebuah tanda, saluran, atau penghubung antara pembuat peta dan pembaca atau pengguna peta. Pesan yang ditampilkan dalam sebuah peta, hendaklah mudah dipahami para pembacanya. Oleh karena itu, informasi yang ingin disampaikan dalam peta harus dapat dimengerti oleh pengguna informasi tersebut.
Anda mungkin pernah melihat wisatawan yang berkunjung ke sebuah tempat atau mungkin pula ke kota Anda sendiri. Jika Anda perhatikan dengan saksama, mereka selalu membawa peta situasi daerah yang sedang didatanginya. Mungkin dalam hati Anda bertanya, untuk apa wisatawan itu membawa peta? Jawaban yang paling sederhana, yaitu supaya tidak tersesat. Pernyataan ini sudah menjelaskan arti pentingnya peta dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa fungsi peta lainnya secara umum adalah sebagai berikut.
1) Menunjukkan posisi atau lokasi suatu wilayah atau objek geografi di muka bumi, baik letak absolut yang didasarkan atas koordinat garis lintang dan bujur, maupun posisi relative (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain di sekitarnya). Sebagai contoh lokasi absolut kota Bandung terletak antara 6°54’ LS dan 107°36’ BT, sedangkan posisi relatif Indonesia terletak antara dua benua (Asia di sebelah Utara dan Australia di selatan) dan dua samudra, yaitu Samudra Hindia sebelah barat dan Samudra Pasifik di sebelah timur.
Pengertian dan Ruang Lingkup Peta 2
2) Memperlihatkan ukuran (diukur luas daerah dan jarak).
3) Memperlihatkan kecenderungan bentuk (benua, pulau, negara, gunung, arah pembangunan).
4) Menunjukkan ketinggian tempat atau sudut elevasi berbagai wilayah dan objek geografi lainnya.
5) Mengumpulkan dan menyeleksi data atau informasi dari suatu daerah dan menyajikannya secara grafis dan nongrafis di atas peta sehingga dapat dijadikan salah satu dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah atau kawasan.
Peta digunakan manusia melakukan penjelajahan dan penelitian ke berbagai wilayah di muka bumi. Perjalanan tersebut menghasilkan gambaran sebuah wilayah walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu dalam bentuk sketsa. Jadi, peta itu setua dengan kebudayaan aksara.
Claudius Ptolomaeus, pada abad ke-2 (87–150 M) mengemukakan mengenai pentingnya peta dalam kehidupan manusia. Kumpulan dari peta karya Claudius Ptolomaeus dibukukan dan diberi nama Atlas Ptolomaeus. Seiring dengan perkembangan zaman dan pola pemikiran manusia, pembuatan peta mengenai berbagai wilayah di muka Bumi pun mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Cabang ilmu geografi yang secara khusus mengkaji mengenai seluk beluk peta dinamakan Kartografi, sedangkan orang yang ahli dalam ilmu perpetaan dinamakan Kartografer atau Kartograf. Di dalam pengertian yang sempit, istilah kartografi berarti ilmu membuat peta, sedangkan dalam arti luas kartografi merupakan suatu seni, ilmu dan teknik pembuatan peta yang di dalamnya melibatkan ilmu geodesi, fotogrametri, kompilasi, dan reproduksi peta. Tujuan dari kartografi antara lain mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil ukuran berbagai pola atau grafis dengan skala tertentu sehingga unsur-unsur tersebut dapat terlihat dengan jelas, mudah dimengerti atau dipahami oleh para pengguna.

Jumat, 21 Oktober 2016

Teknik pembuatan PETA

1) Teknis Pengukuran Arah dan Jarak
a) Sudut Arah (Azimuth)
Tanda orientasi merupakan salah satu unsur utama proses pengukuran. Setiap peta memiliki arah utama yang ditunjukkan ke arah atas (utara). Apabila Anda memperhatikan suatu peta yang lengkap, terdapat tiga arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta, yaitu sebagai berikut.
(1) Arah utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan kutub magnetis.
(2) Arah utara sebenarnya, sering pula dinamakan utara geografis, atau utara arah meridian.
(3) Arah utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada bidang horizontal di peta.
Langkah Membuat Peta
Ketiga macam arah utara berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah utara ini perlu diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah peta. Jika salah menafsirkan arah orientasi, berarti tanpa disadari kita telah tersesat.
Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling mudah ditetapkan, yaitu dengan pertolongan kompas magnetik. Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan arah suatu objek ke tempat objek lain searah jarum jam disebut sudut arah atau dikenal juga dengan sebutan azimuth magnetik. Pada peta yang dibuat dengan menggunakan kompas, perlu diberikan penjelasan bahwa utara yang digunakan adalah utara magnetis.
Langkah Membuat Peta 1

Contoh:
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70º
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310º
b) Pengukuran Jarak
Perlu Anda ketahui, bahwa jarak yang dapat digambarkan secara
langsung pada peta adalah jarak horizontal, bukan jarak miring.
Langkah Membuat Peta 2
Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan menggunakan waterpass sehingga mendekati jarak horizontal. Untuk jarak yang panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A–D adalah d1 + d2 + d3.
Langkah Membuat Peta 3
Untuk wilayah yang relatif datar, pengukuran jarak tidak mengalami masalah. Namun pada daerah yang tidak datar kadangkala terdapat hambatan. Hambatan ini terutama terjadi pada daerah datar yang memiliki garis ukur yang relatif panjang, yaitu adanya objek penghalang seperti sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A sehingga diperoleh garis AC.
Langkah Membuat Peta 4
Menempatkan titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian, menarik garis dari B ke D hingga di bawah titik C. Kemudian, membuat garis tegak lurus ke bawah terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi perpotongan (titik E). Pada Gambar 1.27, diperoleh segitiga ABD dan CED yang sama dan sebangun sehingga jarak AB yang akan diukur sama dengan jarak CE.
Langkah Membuat Peta 5
2) Tahapan Pengukuran Jarak dan Arah
Agar pengukuran jarak dan arah tidak terlalu banyak mengalami penyimpangan, perlu dilakukan secara bertahap. Misalkan akan memetakan jalur jalan A–B, tahapan pengukuran yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, meliputi ukuran pokok yang ditunjukkan oleh garis 1–2, 2–3, 3–4, dan 4–5. Azimuth magnetis diukur dari utara magnetis (UM) ke garis pokok.
b) Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat objek-objek tertentu, seperti bangunan, dan aliran sungai, objek tersebut dapat dipetakan dengan cara mengukur jarak tegak lurus dari titik pada garis ukur pokok ke titik yang mewakili objek tersebut. Garis ini disebut offset. Pada contoh berikut, terdapat objek rumah di pinggir garis ukur pokok 1–2.
Langkah Membuat Peta 6
Pada gambar tersebut di atas. offset 1, 2, 3, 4, dan 5 dibuat tegak lurus terhadap garis ukur dari titik A ke titik A¹. Panjang offset 2 diukur dari titik a ke titik a¹, dan seterusnya.
3) Penggambaran dan Scribing
Penggambaran dan scribing secara manual merupakan pekerjaan yang penting dalam memproduksi peta. Di dalam pemetaan secara photogrametris, biasanya plotting dilakukan dengan pensil di atas kertas tidak tembus cahaya (opaque paper) atau material lain yang tembus pandang.
Pekerjaan penggambaran kembali dilakukan oleh seksi kartografi agar diperoleh gambar yang lengkap dengan standar yang memenuhi persyaratan untuk peta akhir. Jika peta yang akan dibuat terdiri atas beberapa warna maka penggambarannyapun dilakukan terpisah untuk setiap warna.
Secara umum, terdapat dua teknik utama yang digunakan untuk membuat garis-garis di dalam kartografi reproduksi, yaitu sebagai berikut.
a) Penggambaran dengan Pena dan Tinta
Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil gambar yang baik, yaitu sebagai berikut.
(1) Material Tempat Dilakukan Penggambaran Material yang akan dipakai harus memiliki dimensi kestabilan yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketelitian dan untuk memberikan keseimbangan yang baik bagi warna yang berbeda. Plastik film merupakan material gambar yang baik di dalam kartografi reproduksi. Plastik film memiliki permukaan yang halus untuk menggambar, tetapi memiliki kelemahan karena menarik lemak sehingga terlebih dahulu harus dibersihkan dengan bedak dan keadaan tangan harus tetap dalam keadaan bersih.
Tinta gambar tidak dapat menembus plastik, tetapi akan melekat apabila tintanya sudah kering. Jadi, penggambaran pada media plastik harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena harus menunggu tintanya kering. Koreksi penggambaran dilakukan dengan scraping (dikerok) atau dihapus dengan kain sebelum tinta tersebut kering.
Tinta yang digunakan untuk pembuatan peta harus yang berkualitas baik, misalnya tahan air (waterproof), hitam kelam, tahan lama, dan harus cepat kering. Untuk penggambaran pada PVC, plastik (astralon, astrafoil) biasanya dipakai tinta Pelikan K yang memenuhi persyaratan tersebut. Untuk plastik material, dipakai tinta Pelikan TT. Pelikan T biasanya digunakan untuk penggambaran pada kertas biasa atau plastik, sedangkan Pelikan TN adalah tinta spesial untuk penggambaran pada photographic film.
(2) Tipe Pena yang Dipakai Jenis pena yang digunakan juga tidak boleh sembarangan, harus diupayakan menggunakan pena yang berkualitas. Pena yang paling sederhana, di antaranya mapping pen dapat digunakan untuk pekerjaan dengan tangan bebas (free hand). Untuk menggambarkan garis lurus dan garis kurva dengan ber macam-macam ketebalan dipakai rulling pen karena dengan pena tersebut dapat diatur ketebalan tintanya. Saat ini, telah banyak pena yang berkualitas baik, yaitu reservoir pen antara lain Rapidograph, Rotring, Faber Castle, dengan ukuran yang bervariasi mulai ketebalan 0,1 mm sampai 1,2 mm.
b) Penggoresan
Penggoresan sering pula dinamakan scribing. Scribing merupakan salah satu teknik penggambaran yang dilakukan dengan pena scribing. Alat yang dipakai untuk scribing memiliki bentuk dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, terbuat dari sejenis batu permata. 
Langkah Membuat Peta 7
Alat yang sering dipakai adalah pena scribing yang terdiri atas baja atau campuran lain, seperti kawat wolfram dan lain-lain. Keuntungan dari scribing, di antaranya sebagai berikut.
(1) Kualitas garis yang dihasilkan tampak lebih rapih, baik, dan memiliki bentuk yang relatif tetap.
(2) Tidak begitu memerlukan keterampilan khusus, seperti pada pekerjaan meng gambar, yang terpenting adalah keuletan dan ke hati-hatian.
(3) Efektif dan efisien.
4) Penempatan Nama
Lettering pada suatu peta sangat diperlukan. Lettering harus diupayakan secara hati-hati dan benar. Kesalahan pada lettering akan menimbulkan kebingungan pembaca peta, sehingga sulit dibaca dan ditafsirkan oleh pengguna.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam lettering suatu peta, yaitu sebagai berikut.
a) Corak atau macam huruf, meliputi ketebalan garis dan huruf serta coretan pada awal dan akhir setiap huruf (Serif).
b) Bentuk huruf, meliputi huruf besar, huruf kecil, kombinasi huruf- besarkecil, tegak (Romana, upright), miring (italic). Huruf-huruf yang dipakai pada kartografi modern disebut Sans Serif (gothic).
c) Ukuran huruf, dinyatakan dalam istilah point size. Satu point size memiliki tinggi lebih kurang 0,35 mm (1/27 inci). Point size merupakan jarak tepi atas (ascender) dan tepi bawah (descender).
d) Kontras antara huruf dan latar belakang (background).
e) Metode lettering, dibedakan atas tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
(1) Stick up lettering
Metode ini paling baik dibandingkan dengan metode lain nya karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
(a) lebih cepat;
(b) tidak membutuhkan keahlian khusus; dan
(c) jika posisi huruf atau nama kurang tepat, masih dapat diperbaiki. Umumya stick up lettering dicetak pada plastic yang balikannya diberi perekat. Cara penempelannya dilakukan dengan memotong nama demi nama atau huruf demi huruf. Cara lain penempelannya dilakukan dengan mengosok setiap huruf. Ada dua jenis cara mereproduksi stick up lettering yaitu nonimpact (photography, electronic) dan impact (dengan mesin ketik atau pencetakan).
(2) Computer Assisted Lettering
Perkembangan pemakaian peralatan komputer grafik mendorong kartografer untuk menerapkan beberapa metoda letering secara elek tronis. Dengan cara ini, peta diberi namanama dengan vector plotter atau raster printer. Kelemahan metode letering dengan komputer adalah pada penem patan nama karena komputer hanya dapat menempatkan nama-nama tersebut secara lurus dan horizontal.
(3) Sistem Mekanis, Letering dengan Tinta
Peralatan mekanis yang membantu pelaksanaan letering dengan tinta, yaitu leroy, wrico, dan varigraph. Pengoperasikan ketiga alat tersebut menggunakan bantuan template dan pena khusus. Dari ketiga alat tersebut, varigraph merupakan alat yang paling baik karena dapat mengubah bentuk huruf.
f) Penempatan nama atau huruf
Penempatan nama sering merupakan pekerjaan yang sukar terutama untuk peta yang padat dengan nama-nama fenomena.
Langkah Membuat Peta 8
Penempatan nama harus jelas dan mudah dibaca para pengguna. Ada beberapa ketentuan atau aturan tentang penempatan nama, yaitu sebagai berikut.
(1) Nama-nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya, sejajar dengan tepi bawah peta (peta skala besar) atau sejajar dengan grid (peta skala kecil).
(2) Nama-nama yang tercantum dapat memberi keterangan dari unsur-unsur yang berbentuk titik, garis, dan area.
Untuk fenomena yang menggunakan titik, seperti kota, bangunan, dan gunung sebaiknya diletakkan di samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut. Fenomena yang berbentuk linier, seperti sungai, pantai, jalan, dan batas wilayah administratif sebaiknya diletakkan sejajar dengan unsur tersebut. Sungai yang berupa garis sebaiknya ditempatkan sedikit di atas objeknya. Fenomena yang memerlukan keterangan luas, seperti negara, danau, dan pegunungan sebaiknya penamaan ditempatkan memanjang.
(3) Nama-nama harus terletak bebas satu dengan lainnya dan diusahakan tidak terganggu simbol-simbol lainnya. Namanama tidak boleh saling berpotongan kecuali apabila ada nama yang huruf-hurufnya memiliki jarak yang jelas.
(4) Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung, bentuk dari lengkungan harus teratur.
(5) Nama-nama yang terpusat di suatu titik lokasi harus diatur sedemikian rupa sehingga terlihat tidak terlalu mepet.
(6) Atribut kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dimana penem patannya teratur sehingga tiap angka terbaca dan terdapat ada arah mendaki lereng.
(7) Pemilihan huruf bergantung pada perencanaan kartografer sendiri. Akan tetapi, jenis-jenis huruf tersebut harus sama pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa aturan tentang pemakaian jenis huruf. Misalnya, huruf-huruf tegak lurus untuk nama-nama fenomena budaya (kota, jalan, lalulintas), dan huruf miring untuk nama-nama unsur fisik (sungai, danau, pegunungan).
Pada dasarnya, tidak ada aturan yang baku mengenai pemilihan jenis huruf karena diserahkan sepenuhnya pada kartografer dengan tetap memerhatikan prinsip agar peta tersebut dapat memberikan kemudahan bagi para penggunanya.
5) Koreksi Kesalahan
Permasalahan yang muncul pada pemetaan dengan menggunakan alat sederhana antara lain:
a) ketidaktelitian membaca arah (azimuth magnetis) pada kompas;
b) kecerobohan pengukuran jarak dengan meteran.
Kekurangtelitian dan kecerobohan tersebut terutama terjadi pada garis-garis ukur yang membentuk poligon tertutup. Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit. Namun pada penggambarannya, titik tidak berhimpit, tetapi menjadi A¹. Hal tersebut perlu dikoreksi dengan menggunakan jarak kesalahan secara proporsional di tiap titik B, C, D dan E. Caranya sebagai berikut.
Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama dengan jarak pada poligon A, B, C, D, E. Misalnya, jarak A - B pada polygon 4 cm, maka jarak pada garis A - B juga 4 cm. Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E - A¹. Buatlah garis tegak lurus ke atas dari titik A¹ sesuai dengan panjang kesalahannya, yaitu a. Kemudian dari garis kesalahan tersebut kemudian tarik garis ke titik A. Buatlah garis sejajar dengan garis kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E.
Langkah Membuat Peta 9