Komponen atau Kelengkapan Peta
- Pada uraian awal telah dikemukakan bahwa peta itu harus informatif,
artinya mudah dibaca dan atau dikenali para pengguna karena pada
dasarnya peta merupakan alat yang menyederhanakan bentuk dan potensi
yang sebenarnya. Oleh karena itu, peta yang baik harus dilengkapi dengan
komponen-komponen peta agar peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak
membingungkan. Beberapa komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta,
antara lain sebagai berikut.
a. Judul Peta
Di manakah judul peta harus diletakkan? Judul peta memuat isi peta.
Judul peta harus ringkas, padat, dan informatif sebab judul peta dapat
menggambarkan kepada pembaca mengenai daerah dan fenomena yang
digambarkan dalam peta tersebut.
Contoh
1) Peta Penyebaran SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung Tahun 2005.
2) Peta Pola Penggunaan Tanah Kabupaten Bandung, Tahun 2006.
3) Peta Persebaran Hutan Produksi di Kalimantan.
4) Peta Persebaran Gunungapi di Indonesia.
5) Peta Kawasan Asia Tenggara.
Judul peta merupakan komponen yang sangat penting. Judul peta hendaknya
memuat atau mencerminkan keterangan yang relevan dengan isi peta. Pada
umumnya, judul peta diletakkan di bagian tengah atas. Namun, judul peta
dapat juga diletakkan di bagian lain dari peta, yang penting
penempatannya proporsional dan tidak mengganggu informasi dalam peta.
b. Skala Peta
Semua peta pada dasarnya merupakan hasil pengecilan dari wilayah
permukaan bumi yang dilukiskan dalam bidang datar. Dengan kata lain,
tidak pernah ada peta yang merupakan hasil pembesaran bentuk muka Bumi
yang sebenarnya. Proses pengecilan obyek geografis tersebut, tentunya
meng hasilkan perbandingan antara kenyataan bentuk yang ada di muka bumi
degan gambar yang dihasilkan. Angka perbandingan tersebut dikenal
dengan istilah skala.
Skala merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah peta. Melalui
pengamatan skala, kita dapat membayangkan luas wilayah ataupun jarak
antara dua tempat atau yang lebih sesungguh nya di muka bumi. Pada
dasarnya, skala adalah perbandingan jarak lurus antara dua titik
sembarang atau luas wilayah di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan
atau di permukaan bumi, dengan satuan ukuran yang sama.
Skala umumnya dinyatakan dalam tiga bentuk, yaitu sebagai berikut.
1) Skala Pecahan (Numerik), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk angka perbandingan atau pecahan.
Contoh
a) Skala peta 1 : 50.000, skala pecahan ini bisa diinterpretasikan
dengan 1 cm pada peta sama dengan 50.000 cm di lapangan atau 1 cm
mewakili 0,5 km.
b) Skala peta 1 : 10.000 bisa diterjemahkan satu cm mewakili 1 km. Untuk
memudahkan dalam perhitungan jarak dan skala pada peta, dipergunakan
persamaan berikut.
2) Skala Garis (Grafis), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk sebuah ruas garis bilangan atau batang pengukur.
Contoh
Artinya, jarak 1 sentimeter pada peta sebanding dengan 5 kilometer kenyataan sesungguhnya di muka bumi.
3) Skala Kata (Verbal), yaitu skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat lengkap.
Contoh
a) 1 sentimeter pada peta berbanding dengan 500 meter di muka bumi.
b) 1 inchi pada peta mewakili 10 mil di permukaan bumi.
Apabila kita ingin menyajikan data yang lebih rinci, gunakanlah peta
yang memiliki skala besar misalnya 1:5.000. Perhatikan, sebuah skala
peta disebut skala besar jika bilangan penyebutnya kecil. Sebaliknya,
apabila ingin mengetahui asosiasi ketampakan secara keseluruhan, gunakan
peta yang memiliki skala kecil, misalnya skala 1:1.000.000. Skala peta
disebut kecil, ketika bilangan penyebutnya besar. Semakin mendekati
angka 1, berarti skala petanya semakin besar.
Contoh
Skala 1:50.000 artinya 1 bagian di peta sama dengan 50.000 jarak yang
sebenarnya di lapangan. Apabila digunakan ukuran satuan cm, berarti 1 cm
jarak di peta sama dengan 50.000 cm atau 1 cm di peta sama dengan jarak
0,5 km di lapangan.
c. Legenda atau Keterangan
Pada dasarnya Peta merupakan penyederhanaan dari bentuk yang sebenarnya.
Oleh karena merupakan penyederhanaan, sudah pasti peng gambaran
fenomena permukaan bumi memerlukan simbol-simbol. Bahkan ada juga pihak
yang menyatakan bahwa peta itu merupakan bahasa simbolik. Agar
simbol-simbol tersebut lebih teratur, pemuatannya harus dikonsentrasikan
pada tempat khusus, yaitu dalam kotak legenda.
Legenda pada peta harus menerangkan arti dari simbolsimbol yang terdapat
pada peta. Legenda harus menjadi alat untuk mempermudah dan membantu
pemahaman para pembaca terhadap isi peta. Pada umumnya, legenda
diletakkan di pojok kiri bawah peta. Namun, dapat juga diletakkan pada
bagian lain, sepanjang tidak mengganggu ketampakan peta secara
keseluruhan, dan kemenarikan peta itu sendiri.
d. Tanda Orientasi
Tanda orientasi sering pula dinamakan diagram petunjuk arah. Kelengkapan
peta ini sangat penting artinya bagi para pembaca atau pengguna peta,
terutama untuk menunjukkan posisi dan arah suatu titik maupun wilayah.
Pada peta-peta umum yang Anda lihat seperti peta dinding maupun atlas,
diagram penunjuk arah biasanya berbentuk tanda panah yang menunjuk ke
arah utara peta. Namun, ada pula yang digam bar kan secara lengkap,
yaitu arah utara, selatan, barat, timur, atau menunjukkan arah yang
lebih lengkap. Petunjuk ini dapat diletakkan di bagian mana saja dari
peta, sepanjang tidak mengganggu ketampakan peta.
e. Diagram Deklinasi
Pada peta topografi, penunjukkan diagram arah utara biasanya terdiri atas tiga macam arah utara, yaitu sebagai beikut.
1) Utara peta atau utara grid (Grid North), yaitu arah utara dari peta
topografi tersebut yang arahnya sejajar dengan garis-garis vertikal
grid.
2) Utara magnetik (Magnetic North), yaitu arah utara yang menunjuk ke titik kutub utara magnet bumi.
3) Utara sesungguhnya (True North), yaitu arah utara yang menunjuk ke titik kutub utara bumi.
Ada kalanya ketiga arah utara tersebut tidak berhimpit, tetapi membentuk
sudut penyimpangan yang besarnya beberapa derajat atau menit.
Penyimpangan arah utara peta dengan utara lainnya dikenal dengan istilah
deklinasi.
f. Simbol dan Warna
Mengingat peta merupakan penyederhanaan bentuk yang sebenarnya, isi
sebuah peta pasti sarat dengan simbol. Ada sebagian para ahli yang
mengemukakan bahwa pada dasarnya peta merupakan suatu himpunan
simbol-simbol yang fungsinya sebagai gambar pengganti dari gejala atau
objek geografis yang ada di permukaan bumi.
Selain penggunaan berbagai simbol yang menunjukkan setiap karakteristik
bentuk permukaan bumi, digunakan pula simbol dan warna. Simbol ini
ditandai dengan gradasi warna dari warna yang ketampakannya gelap sampai
terang.
1) Simbol Peta
Pada bagian awal telah dibahas bersama, bahwa salah satu manfaat peta
adalah sebagai media atau sarana informasi dan komunikasi antara si
pembuat peta dan pembaca atau pengguna peta. Agar pesan yang disampaikan
pembuat peta dapat diterima dengan mudah dan benar oleh para
penggunanya, tentunya peta harus hendak nya mudah dimengerti,
komunikatif, dan tidak membingungkan.
Pemuatan simbol pada peta dimaksudkan agar informasi yang disampai kan
tidak membingungkan. Oleh karena itu, simbol-simbol dalam peta harus
memenuhi berbagai persyaratan sehingga dapat menginfor masi kan hal-hal
yang digambarkan dengan tepat. Beberapa syarat tersebut antara lain:
a) sederhana;
b) mudah dimengerti tidak membingungkan;
c) bersifat umum.
Berbagai jenis bentuk simbol banyak ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti terdapat dalam berbagai jenis marka jalan, peta,
atlas, maupun globe. Ada kalanya simbol yang menggambarkan ketampakan
muka bumi yang sama, memiliki bentuk yang berbeda antara peta yang satu
dengan lainnya. Dari berbagai macam jenis simbol tersebut, dapat
dikelompokkan berdasarkan
bentuk, sifat, dan fungsinya.
a) Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, simbol peta dapat dibedakan menjadi enam kategori, yaitu sebagai berikut.
(1) Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data
posisional, seperti simbol kota, gunung, pertambangan, titik
trianggulasi (titik ketinggian), dan tempat dari permukaan laut.
(2) Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data geografis yang bersifat kualitatif, seperti sungai, batas wilayah, dan jalan.
(3) Simbol wilayah (area), digunakan untuk menunjukkan ketampakan wilayah, seperti rawa, hutan, dan padang pasir.
4) Simbol aliran, untuk menyatakan alur dan gerak suatu fenomena.
5) Simbol batang, digunakan untuk menyatakan harga suatu fenomena dibandingkan dengan harga fenomena yang lain.
6) Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas dalam bentuk
rasio dan persentase. Simbol bola, digunakan untuk menyatakan isi
(volume), semakin besar bola menunjukkan volumenya semakin besar dan
sebaliknya semakin kecil bola, berarti volumenya semakin kecil.
b) Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, simbol dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu sebagai berikut.
(1) Simbol Kualitatif
Simbol kualitatif digunakan untuk membedakan persebaran fenomena dan
atau benda yang digambarkan, seperti untuk menggambarkan penyebaran
jenis hutan, jenis tanah, penduduk, dan fasilitas pendidikan. Simbol
kualitatif hanya membedakan penyebaran jenisnya tanpa ukuran yang tegas.
(2) Simbol Kuantitatif
Simbol kuantitatif digunakan untuk membedakan atau menyatakan jumlah.
Pada simbol-simbol yang bersifat kuantitatif, biasanya terdapat gradasi,
baik dalam bentuk arsiran maupun warna. Adanya gradasi arsiran dari
rapat sampai renggang ataupun warna dari warna gelap sampai renggang,
menggambarkan perubahan kuantitas atau interval nilai dari nilai yang
tertinggi sampai terendah.
c) Berdasarkan Lokasi dan Fungsinya
Berdasarkan lokasinya, kita mengenal simbol-simbol di wilayah daratan,
antara lain gunung, kota, dataran rendah, rel kereta api, dan jalan
raya. Simbol perairan, misalnya danau, sungai, laut, dan rawa. Adapun
contoh simbol berdasarkan fungsinya, antara lain symbol budaya, seperti
candi, keraton, dan taman buatan manusia.
2) Warna
Pemakaian warna pada suatu peta tentu akan memberikan makna tersendiri
bagi pembuat dan juga para penggunanya. Tidak ada peraturan yang baku
mengenai penggunaan warna dalam peta. Jadi, penggunaan warna adalah
bebas, sesuai dengan maksud atau tujuan si pembuat peta, dan kebiasaan
umum. Meskipun bebas, tetap saja harus diperhatikan unsur-unsur
kesesuaian dan kemenarikan.
Beberapa contoh penggunaan warna yang umum dalam peta, antara lain sebagai berikut.
a) Laut, danau, dan sungai digunakan warna biru.
b) Temperatur (suhu) digunakan warna merah atau cokelat.
c) Curah hujan digunakan warna biru atau hijau.
d) Daerah pegunungan tinggi atau dataran tinggi (2000–3000 meter) digunakan warna cokelat tua.
e) Dataran rendah (pantai) ketinggian 0–200 meter dari permukaan laut digunakan warna hijau.
Dilihat dari sifatnya, warna pada peta dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu yang bersifat kualitatif dan yang bersifat kuantitatif.
g. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta
Salah satu kelengkapan yang harus ada dan dapat menunjukkan baik
tidaknya sebuah peta adalah pencantuman sumber dan tahun pembuatan peta.
Sumber data yang akan digunakan dalam peta dapat diperoleh melalui dua
cara, yaitu survei langsung ke lapangan (data primer) atau menggunakan
data-data yang telah ada sebelumnya (data sekunder).
Pencantuman sumber kutipan data yang dipakai dalam peta dapat menunjukkan:
1) pengakuan pembuat peta akan validitas data yang telah dihasilkan oleh si pembuat data atau pengumpul data;
2) legalisasi peta yang dihasilkan.
Di dalam pengambilan data yang akan digunakan untuk isi peta, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembuat peta, yaitu sebagai
berikut.
1) Relevansi data terhadap peta yang akan dihasilkan.
2) Sumber data yang akurat.
3) Aktualisasi data terhadap peta.
Penggunaan sumber data yang cepat dan akurat bukan saja hasilnya akan
baik, tetapi lebih dari itu memberi kepastian kepada penggunaan peta
mengenai keabsahan data tersebut. Semakin lengkap, akurat, dan benar
data yang tercantum dalam sebuah peta, berarti peta akan semakin banyak
diakses oleh berbagai pihak dibanding dengan peta lainnya.
Selain sumber peta, titik perhatian juga terfokus pada tahun pembuatan
peta. Dengan pencantuman tahun pembuatan peta, para pengguna peta dapat
dengan mudah mengkaji berbagai kecenderungan perubahan fenomen dari
waktu ke waktu.
Contoh instansi pemerintah di negara Indonesia yang memiliki kewenangan
dalam membuat dan mempublikasikan peta, antara lain Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Direktorat Topografi
Angkatan Darat, dan Laboratorium Kartografi Museum Geologi.