1) Teknis Pengukuran Arah dan Jarak
a) Sudut Arah (Azimuth)
Tanda orientasi merupakan salah satu unsur utama proses pengukuran. 
Setiap peta memiliki arah utama yang ditunjukkan ke arah atas (utara). 
Apabila Anda memperhatikan suatu peta yang lengkap, terdapat tiga arah 
utara yang sering digunakan dalam suatu peta, yaitu sebagai berikut.
(1) Arah utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan kutub magnetis.
(2) Arah utara sebenarnya, sering pula dinamakan utara geografis, atau utara arah meridian.
(3) Arah utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada bidang horizontal di peta.
Ketiga macam arah utara berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga 
arah utara ini perlu diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan dalam 
pembacaan arah peta. Jika salah menafsirkan arah orientasi, berarti 
tanpa disadari kita telah tersesat.
Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling mudah ditetapkan, 
yaitu dengan pertolongan kompas magnetik. Perbedaan sudut antara utara 
magnetis dengan arah suatu objek ke tempat objek lain searah jarum jam 
disebut sudut arah atau dikenal juga dengan sebutan azimuth magnetik. 
Pada peta yang dibuat dengan menggunakan kompas, perlu diberikan 
penjelasan bahwa utara yang digunakan adalah utara magnetis.
Contoh:
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70º
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310º
b) Pengukuran Jarak
Perlu Anda ketahui, bahwa jarak yang dapat digambarkan secara
langsung pada peta adalah jarak horizontal, bukan jarak miring.
Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan 
menggunakan waterpass sehingga mendekati jarak horizontal. Untuk jarak 
yang panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A–D adalah d1 +
 d2 + d3.
Untuk wilayah yang relatif datar, pengukuran jarak tidak mengalami 
masalah. Namun pada daerah yang tidak datar kadangkala terdapat 
hambatan. Hambatan ini terutama terjadi pada daerah datar yang memiliki 
garis ukur yang relatif panjang, yaitu adanya objek penghalang seperti 
sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur pada 
titik A sehingga diperoleh garis AC.
Menempatkan titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian, menarik garis 
dari B ke D hingga di bawah titik C. Kemudian, membuat garis tegak lurus
 ke bawah terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi perpotongan 
(titik E). Pada Gambar 1.27, diperoleh segitiga ABD dan CED yang sama 
dan sebangun sehingga jarak AB yang akan diukur sama dengan jarak CE.
2) Tahapan Pengukuran Jarak dan Arah
Agar pengukuran jarak dan arah tidak terlalu banyak mengalami 
penyimpangan, perlu dilakukan secara bertahap. Misalkan akan memetakan 
jalur jalan A–B, tahapan pengukuran yang perlu dilakukan adalah sebagai 
berikut.
a) Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, meliputi ukuran pokok yang
 ditunjukkan oleh garis 1–2, 2–3, 3–4, dan 4–5. Azimuth magnetis diukur 
dari utara magnetis (UM) ke garis pokok.
b) Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat objek-objek 
tertentu, seperti bangunan, dan aliran sungai, objek tersebut dapat 
dipetakan dengan cara mengukur jarak tegak lurus dari titik pada garis 
ukur pokok ke titik yang mewakili objek tersebut. Garis ini disebut 
offset. Pada contoh berikut, terdapat objek rumah di pinggir garis ukur 
pokok 1–2.
Pada gambar tersebut di atas. offset 1, 2, 3, 4, dan 5 dibuat tegak 
lurus terhadap garis ukur dari titik A ke titik A¹. Panjang offset 2 
diukur dari titik a ke titik a¹, dan seterusnya.
3) Penggambaran dan Scribing
Penggambaran dan scribing secara manual merupakan pekerjaan yang penting
 dalam memproduksi peta. Di dalam pemetaan secara photogrametris, 
biasanya plotting dilakukan dengan pensil di atas kertas tidak tembus 
cahaya (opaque paper) atau material lain yang tembus pandang.
Pekerjaan penggambaran kembali dilakukan oleh seksi kartografi agar 
diperoleh gambar yang lengkap dengan standar yang memenuhi persyaratan 
untuk peta akhir. Jika peta yang akan dibuat terdiri atas beberapa warna
 maka penggambarannyapun dilakukan terpisah untuk setiap warna.
Secara umum, terdapat dua teknik utama yang digunakan untuk membuat 
garis-garis di dalam kartografi reproduksi, yaitu sebagai berikut.
a) Penggambaran dengan Pena dan Tinta
Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil gambar yang baik, yaitu sebagai berikut.
(1) Material Tempat Dilakukan Penggambaran Material yang akan dipakai 
harus memiliki dimensi kestabilan yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk
 menjaga ketelitian dan untuk memberikan keseimbangan yang baik bagi 
warna yang berbeda. Plastik film merupakan material gambar yang baik di 
dalam kartografi reproduksi. Plastik film memiliki permukaan yang halus 
untuk menggambar, tetapi memiliki kelemahan karena menarik lemak 
sehingga terlebih dahulu harus dibersihkan dengan bedak dan keadaan 
tangan harus tetap dalam keadaan bersih.
Tinta gambar tidak dapat menembus plastik, tetapi akan melekat apabila 
tintanya sudah kering. Jadi, penggambaran pada media plastik harus 
dikerjakan dengan sangat hati-hati karena harus menunggu tintanya 
kering. Koreksi penggambaran dilakukan dengan scraping (dikerok) atau 
dihapus dengan kain sebelum tinta tersebut kering.
Tinta yang digunakan untuk pembuatan peta harus yang berkualitas baik, 
misalnya tahan air (waterproof), hitam kelam, tahan lama, dan harus 
cepat kering. Untuk penggambaran pada PVC, plastik (astralon, astrafoil)
 biasanya dipakai tinta Pelikan K yang memenuhi persyaratan tersebut. 
Untuk plastik material, dipakai tinta Pelikan TT. Pelikan T biasanya 
digunakan untuk penggambaran pada kertas biasa atau plastik, sedangkan 
Pelikan TN adalah tinta spesial untuk penggambaran pada photographic 
film.
(2) Tipe Pena yang Dipakai Jenis pena yang digunakan juga tidak boleh 
sembarangan, harus diupayakan menggunakan pena yang berkualitas. Pena 
yang paling sederhana, di antaranya mapping pen dapat digunakan untuk 
pekerjaan dengan tangan bebas (free hand). Untuk menggambarkan garis 
lurus dan garis kurva dengan ber macam-macam ketebalan dipakai rulling 
pen karena dengan pena tersebut dapat diatur ketebalan tintanya. Saat 
ini, telah banyak pena yang berkualitas baik, yaitu reservoir pen antara
 lain Rapidograph, Rotring, Faber Castle, dengan ukuran yang bervariasi 
mulai ketebalan 0,1 mm sampai 1,2 mm.
b) Penggoresan
Penggoresan sering pula dinamakan scribing. Scribing merupakan salah 
satu teknik penggambaran yang dilakukan dengan pena scribing. Alat yang 
dipakai untuk scribing memiliki bentuk dari yang paling sederhana sampai
 yang paling rumit, terbuat dari sejenis batu permata. 
Alat yang sering dipakai adalah pena scribing yang terdiri atas baja 
atau campuran lain, seperti kawat wolfram dan lain-lain. Keuntungan dari
 scribing, di antaranya sebagai berikut.
(1) Kualitas garis yang dihasilkan tampak lebih rapih, baik, dan memiliki bentuk yang relatif tetap.
(2) Tidak begitu memerlukan keterampilan khusus, seperti pada pekerjaan 
meng gambar, yang terpenting adalah keuletan dan ke hati-hatian.
(3) Efektif dan efisien.
4) Penempatan Nama
Lettering pada suatu peta sangat diperlukan. Lettering harus diupayakan 
secara hati-hati dan benar. Kesalahan pada lettering akan menimbulkan 
kebingungan pembaca peta, sehingga sulit dibaca dan ditafsirkan oleh 
pengguna.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam lettering suatu peta, yaitu sebagai berikut.
a) Corak atau macam huruf, meliputi ketebalan garis dan huruf serta coretan pada awal dan akhir setiap huruf (Serif).
b) Bentuk huruf, meliputi huruf besar, huruf kecil, kombinasi huruf- 
besarkecil, tegak (Romana, upright), miring (italic). Huruf-huruf yang 
dipakai pada kartografi modern disebut Sans Serif (gothic).
c) Ukuran huruf, dinyatakan dalam istilah point size. Satu point size 
memiliki tinggi lebih kurang 0,35 mm (1/27 inci). Point size merupakan 
jarak tepi atas (ascender) dan tepi bawah (descender).
d) Kontras antara huruf dan latar belakang (background).
e) Metode lettering, dibedakan atas tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
(1) Stick up lettering
Metode ini paling baik dibandingkan dengan metode lain nya karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
(a) lebih cepat;
(b) tidak membutuhkan keahlian khusus; dan
(c) jika posisi huruf atau nama kurang tepat, masih dapat diperbaiki. 
Umumya stick up lettering dicetak pada plastic yang balikannya diberi 
perekat. Cara penempelannya dilakukan dengan memotong nama demi nama 
atau huruf demi huruf. Cara lain penempelannya dilakukan dengan mengosok
 setiap huruf. Ada dua jenis cara mereproduksi stick up lettering yaitu 
nonimpact (photography, electronic) dan impact (dengan mesin ketik atau 
pencetakan).
(2) Computer Assisted Lettering
Perkembangan pemakaian peralatan komputer grafik mendorong kartografer 
untuk menerapkan beberapa metoda letering secara elek tronis. Dengan 
cara ini, peta diberi namanama dengan vector plotter atau raster 
printer. Kelemahan metode letering dengan komputer adalah pada penem 
patan nama karena komputer hanya dapat menempatkan nama-nama tersebut 
secara lurus dan horizontal.
(3) Sistem Mekanis, Letering dengan Tinta
Peralatan mekanis yang membantu pelaksanaan letering dengan tinta, yaitu
 leroy, wrico, dan varigraph. Pengoperasikan ketiga alat tersebut 
menggunakan bantuan template dan pena khusus. Dari ketiga alat tersebut,
 varigraph merupakan alat yang paling baik karena dapat mengubah bentuk 
huruf.
f) Penempatan nama atau huruf
Penempatan nama sering merupakan pekerjaan yang sukar terutama untuk peta yang padat dengan nama-nama fenomena.
Penempatan nama harus jelas dan mudah dibaca para pengguna. Ada beberapa
 ketentuan atau aturan tentang penempatan nama, yaitu sebagai berikut.
(1) Nama-nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya, sejajar 
dengan tepi bawah peta (peta skala besar) atau sejajar dengan grid (peta
 skala kecil).
(2) Nama-nama yang tercantum dapat memberi keterangan dari unsur-unsur yang berbentuk titik, garis, dan area.
Untuk fenomena yang menggunakan titik, seperti kota, bangunan, dan 
gunung sebaiknya diletakkan di samping kanan agak ke atas dari unsur 
tersebut. Fenomena yang berbentuk linier, seperti sungai, pantai, jalan,
 dan batas wilayah administratif sebaiknya diletakkan sejajar dengan 
unsur tersebut. Sungai yang berupa garis sebaiknya ditempatkan sedikit 
di atas objeknya. Fenomena yang memerlukan keterangan luas, seperti 
negara, danau, dan pegunungan sebaiknya penamaan ditempatkan memanjang.
(3) Nama-nama harus terletak bebas satu dengan lainnya dan diusahakan 
tidak terganggu simbol-simbol lainnya. Namanama tidak boleh saling 
berpotongan kecuali apabila ada nama yang huruf-hurufnya memiliki jarak 
yang jelas.
(4) Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung, bentuk dari lengkungan harus teratur.
(5) Nama-nama yang terpusat di suatu titik lokasi harus diatur sedemikian rupa sehingga terlihat tidak terlalu mepet.
(6) Atribut kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dimana penem 
patannya teratur sehingga tiap angka terbaca dan terdapat ada arah 
mendaki lereng.
(7) Pemilihan huruf bergantung pada perencanaan kartografer sendiri. 
Akan tetapi, jenis-jenis huruf tersebut harus sama pada keseluruhan isi 
peta. Ada beberapa aturan tentang pemakaian jenis huruf. Misalnya, 
huruf-huruf tegak lurus untuk nama-nama fenomena budaya (kota, jalan, 
lalulintas), dan huruf miring untuk nama-nama unsur fisik (sungai, 
danau, pegunungan).
Pada dasarnya, tidak ada aturan yang baku mengenai pemilihan jenis huruf
 karena diserahkan sepenuhnya pada kartografer dengan tetap memerhatikan
 prinsip agar peta tersebut dapat memberikan kemudahan bagi para 
penggunanya.
5) Koreksi Kesalahan
Permasalahan yang muncul pada pemetaan dengan menggunakan alat sederhana antara lain:
a) ketidaktelitian membaca arah (azimuth magnetis) pada kompas;
b) kecerobohan pengukuran jarak dengan meteran.
Kekurangtelitian dan kecerobohan tersebut terutama terjadi pada 
garis-garis ukur yang membentuk poligon tertutup. Seharusnya titik A dan
 titik terakhir berhimpit. Namun pada penggambarannya, titik tidak 
berhimpit, tetapi menjadi A¹. Hal tersebut perlu dikoreksi dengan 
menggunakan jarak kesalahan secara proporsional di tiap titik B, C, D 
dan E. Caranya sebagai berikut.
Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama dengan jarak pada 
poligon A, B, C, D, E. Misalnya, jarak A - B pada polygon 4 cm, maka 
jarak pada garis A - B juga 4 cm. Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E
 - A¹. Buatlah garis tegak lurus ke atas dari titik A¹ sesuai dengan 
panjang kesalahannya, yaitu a. Kemudian dari garis kesalahan tersebut 
kemudian tarik garis ke titik A. Buatlah garis sejajar dengan garis 
kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E.










 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar