Macam, Contoh dan Pengertian Teori Interaksi
- Kaitan Teori Interaksi dan Perencanaan Pembangunan Wilayah. Pada
pembahasan mengenai interaksi desa-kota telah dipelajari bahwa interaksi
keruangan merupakan suatu hubungan timbal balik (resiprocal
relationship) yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih yang
dapat menimbulkan gejala, kenampakan, atau
permasalahan baru. Kuat-lemahnya interaksi sangat dipengaruhi oleh tiga
faktor utama, yaitu adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi
(regional complementary), adanya kesempatan untuk berintervensi
(intervening opportunity), serta adanya kemudahan transfer atau
pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability).
Para ahli banyak yang mengembangkan teori interaksi spasial, seperti
K.J. Kansky dan W.J. Reilly. Aplikasi teori-teori interaksi dapat
diterapkan dalam perencanaan pembangunan. Misalnya, penempatan lokasi
pusat pelayanan masyarakat, pembangunan prasarana transportasi yang
dapat membuka keterasingan suatu wilayah dari wilayah lain, dan kemajuan
informasi serta teknologi.
Beberapa contoh teori interaksi keruangan antara lain Model Gravitasi, Teori Titik Henti, dan Teori Grafik.
1. Model Gravitasi
Teori Gravitasi kali pertama diperkenalkan dalam disiplin ilmu Fisika
oleh Sir Issac Newton (1687). Inti dari teori ini adalah bahwa dua buah
benda yang memiliki massa tertentu akan memiliki gaya tarik menarik
antara keduanya yang dikenal sebagai gaya gravitasi. Kekuatan gaya tarik
menarik ini akan berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda
tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda
tersebut. Secara matematis, model gravitasi Newton ini dapat
diformulasikan sebagai berikut.
Model gravitasi Newton ini kemudian diterapkan oleh W.J. Reilly (1929),
seorang ahli geografi untuk mengukur kekuatan interaksi keruangan antara
dua wilayah atau lebih. Berdasarkan hasil penelitiannya, Reilly
berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda
dapat diukur dengan memerhatikan factor jumlah penduduk dan jarak antara
kedua wilayah tersebut. Untuk mengukur kekuatan interaksi antarwilayah
digunakan formulasi sebagai berikut.
Contoh soal:
Misalnya ada 3 buah wilayah A, B, dan C, dengan data sebagai berikut.
(1) Jumlah penduduk wilayah A = 20.000 jiwa, B = 20.000 jiwa, dan C = 30.000 jiwa.
(2) Jarak antara A ke B = 50 km, dan B ke C = 100 km.
(3) Perbandingan kekuatan interaksi wilayah A dan B dengan wilayah B dan
C adalah 160.000 : 60.000 atau 8 : 3. Berdasarkan perbandingan
tersebut, potensi penduduk untuk mengadakan interaksi terjadi lebih kuat
antara wilayah A dan B jika dibandingkan antara wilayah B dan C.
Perbandingan potensi interaksi antarwilayah dengan me manfaatkan formula
yang dikemukakan Reilly ini dapat diterapkan jika kondisi
wilayah-wilayah yang dibandingkan memenuhi persyaratan tertentu.
Adapun persyaratan tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Kondisi sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, mata pencarian,
mobilitas, dan kondisi sosial-budaya penduduk setiap wilayah yang
dibandingkan relatif memiliki kesamaan.
b) Kondisi alam setiap wilayah relatif sama, terutama berkaitan dengan kondisi topografinya.
c) Keadaan sarana dan prasarana transportasi yang meng hubung kan wilayah-wilayah yang dibandingkan relatif sama.
Ketiga persyaratan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa secara teoretis
potensi wilayah A untuk berinteraksi dengan wilayah B cenderung jauh
lebih besar dibandingkan antara wilayah B dan C. Namun, jika kondisi
prasarana transportasi yang menghubung kan wilayah B dan C jauh lebih
baik jika dibandingkan antara A dan B, tetap saja potensi interaksi
antara B dan C akan jauh lebih besar. Demikian pula halnya dengan
persyaratan lainnya, yaitu kondisi kependudukan dan topografi dari suatu
wilayah.
2. Teori Titik Henti (Breaking Point Theory)
Teori Titik Henti (Breaking Point Theory) me rupakan hasil modifikasi
dari Model Gravitasi Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang
perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan
dari dua kota atau wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi
penduduknya. Teori Titik Henti juga dapat digunakan dalam memperkirakan
penempatan lokasi industry atau pusat pelayanan masyarakat. Penempatan
dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar
terjangkau oleh penduduk setiap wilayah.
Menurut teori ini jarak titik henti (titik pisah) dari lokasi pusat
perdagangan (atau pelayanan sosial lainnya) yang lebih kecil ukurannya
adalah berbanding lurus dengan jarak antara kedua pusat perdagangan.
Namun, berbanding terbalik dengan satu ditambah akar kuadrat jumlah
penduduk dari kota atau wilayah yang penduduknya lebih besar dibagi
jumlah penduduk kota yang lebih sedikit penduduknya. Formulasi Teori
Titik Henti adalah sebagai berikut.
Contoh soal:
Kota A memiliki jumlah penduduk 20.000 jiwa, sedangkan kota B 30.000
jiwa. Jarak antara kedua kota tersebut adalah 100 kilometer. Di manakah
lokasi pusat perdagangan yang tepat dan strategis agar terjangkau oleh
penduduk setiap kota tersebut?
Berkaitan dengan perencanaan pembangunan wilayah, Model Gravitasi dan
Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan
faktor lokasi. Model Gravitasi dan Teori Titik Henti dapat dimanfaatkan
untuk merencanakan pusat-pusat pelayanan masyarakat, seperti pusat
perdagangan (pasar, super market, bank), kantor pemerintahan, sarana
pendidikan dan kesehatan, lokasi industri, ataupun fasilitas pelayanan
jasa masyarakat lainnya.
3. Teori Grafik
Salah satu faktor yang mendukung kekuatan dan intensitas interaksi
antarwilayah adalah kondisi prasarana transportasi yang menghubungkan
suatu wilayah dengan wilayah lain di sekitarnya. Jumlah dan kualitas
prasarana jalan, baik jalan raya, jalur udara, maupun laut, tentunya
sangat memperlancar laju dan pergerakan distribusi manusia, barang, dan
jasa antarwilayah. Anda tentu sependapat bahwa antara satu wilayah dan
wilayah lain senantiasa dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi
sehingga membentuk pola jaringan transportasi. Tingkat kompleksitas
jaringan yang menghubungkan berbagai wilayah merupakan salah satu
indikasi kuatnya arus interaksi.
Sebagai contoh, dua wilayah yang dihubung kan dengan satu jalur jalan
tentunya memiliki kemungkinan hubungan penduduknya jauh lebih kecil
dibandingkan dengan dua wilayah yang memiliki jalur transportasi yang
lebih banyak.
Untuk menganalisis potensi kekuatan interaksi antarwilayah ditinjau dari
struktur jaringan jalan sebagai prasarana transportasi, K.J. Kansky
mengembangkan Teori Grafik dengan membandingkan jumlah kota atau daerah
yang memiliki banyak rute jalan sebagai sarana penghubung kota-kota
tersebut. Menurut Kansky, kekuatan interaksi ditentukan dengan Indeks
Konektivitas. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak jaringan jalan
yang menghubungkan kota-kota atau wilayah yang sedang dikaji. Hal ini
tentunya berpengaruh terhadap potensi pergerakan manusia, barang, dan
jasa karena prasarana jalan sangat memperlancar tingkat mobilitas
antarwilayah. Untuk menghitung indeks konektivitas ini digunakan rumus
sebagai berikut.
Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks
konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk
merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas
transportasi lainnya. Dengan analisis indeks konektivitas dapat
meningkat kan hubungan suatu wilayah dengan wilayah-wilayah lainnya,
serta memperlancar arus pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar